Melirik Crowdfund Bisnis, Apakah Worth It?

Crowdfund bisnis atau urun dana, belakangan ini makin populer. Cara berbisnisnya adalah mengumpulkan dana bagi berbagai jenis usaha. Sebut saja, bisnis rintisan, produk kreatif, hingga kegiatan sosial. Bayangkan, Anda dapat mendukung ide-ide keren atau bahkan memulai bisnis sendiri tanpa harus meminjam uang dari bank atau mencari investor.

Hal ini juga dapat Anda lakukan secara online. Baik mendanai dn memiliki saham atau menjalani usahanya sendiri. Investor Anda bisa siapa saja—dari teman, keluarga, hingga orang-orang yang belum pernah Anda temui sebelumnya. sebenarny jenis bisnis ini ada beberapa jenis, dan masing-masing punya keunikan serta risiko yang perlu kita pahami.

Ada yang berbasis ekuitas di mana Anda dapat punya saham di bisnis yang didanai. Terdapat juga juga yang berbasis pinjaman, hadiah, atau donasi murni. Misalnya, Anda mendukung sebuah startup di platform equity crowdfunding, sebenarnya Anda membeli saham dari bisnis tersebut. Tapi tentu, ada risiko kalau bisnisnya nggak jalan sesuai harapan.

Jenis Crowdfund Bisnis Untuk Bisnis Autopilot Modal Kecil

Sebelum terjun ke dunia crowdfunding, ada baiknya kita tahu dulu jenis-jenisnya, serta kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis tersebut. Kita akan membahas empat jenis utama crowdfunding, yaitu ekuitas, pinjaman, hadiah, dan donasi, dengan fokus khusus pada Securities Crowd Funding (SCF), yang menggabungkan unsur ekuitas dan pinjaman.

Konsep ini memungkinkan banyak orang untuk berkontribusi secara finansial terhadap suatu proyek melalui platform online. Ini berarti siapa pun bisa menjadi investor atau donatur, meskipun dengan jumlah yang relatif kecil. Anda dapat akses ke peluang investasi yang sebelumnya hanya tersedia bagi investor besar atau institusi keuangan.

Meskipun crowdfunding di Indonesia belum sepopuler negara maju lainnya, potensinya justru lebih memikat. Kita ingin jadi terdepan untuk hal baru. Crowdfund bisnis ada beberapa jenis beserta risiko yang menyertainya. Jadi, pahami sebelum memutuskan untuk terlibat. Tiap usaha psti d resikonya. Crowdfunding bukan hanya tentang mengumpulkan uang. Anda juga harus paham tentang struktur investasi, pengembalian potensial, dan risiko yang terkait.

1.Equity Crowdfunding (Berbasis Ekuitas)

Pengertiannya, investor membeli saham atau kepemilikan dalam sebuah perusahaan atau proyek yang didanai. Ini berarti bahwa jika bisnis tersebut berhasil, nilai saham investor juga dapat meningkat. Kalau di Indonesia ada Bizhare, Santara, dan LandX. Sepertinya ekuitas adalah bahasa serius, aku juga kurang paham. tapi kemarin lihat web Bizshare kita bisa bantu bangun cabang Indomaret mulai dengan satu jutaan. Kayaknya sih, saham di situ, worth it lah!.

Risiko utama dalam equity crowdfunding adalah jika perusahaan tidak berjalan sesuai harapan, nilai saham bisa turun atau bahkan menjadi tidak berharga. Selain itu, likuiditas saham ini terbatas; saham hanya bisa dijual dalam jangka waktu tertentu, berbeda dengan saham di pasar saham umum yang bisa dijual kapan saja.

2.Debt Crowdfunding (Berbasis Pinjaman)

Kalau bisnis crowdfunding yang satu ini, investor meminjamkan uang kepada perusahaan atau individu dengan janji pengembalian pokok pinjaman plus bunga. Ini mirip dengan obligasi atau sukuk, di mana ada kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut dalam jangka waktu tertentu. Sukuk dan obligasi adalah bentuk investasi yang mirip dengan debt crowdfunding.

Jika perusahaan atau individu yang meminjam dana gagal membayar kembali, investor bisa kehilangan uangnya. Namun, karena ini adalah pinjaman, risiko likuidasi mungkin lebih rendah dibandingkan dengan equity crowdfunding.

3.Reward Crowdfunding (Berbasis Hadiah)

Para pendukung mendapat hadiah atau produk sebagai imbalan atas kontribusi mereka. Ini sering digunakan oleh perusahaan rintisan untuk mengumpulkan dana awal untuk memproduksi barang atau jasa baru. Investor memperoleh imbalan seperti versi awal produk atau barang eksklusif lainnya. Kalau ini di Indonesia belum ada.

Kickstarter adalah salah satu platform reward crowdfunding yang terkenal di dunia. Melalui Kickstarter, kreator bisa mengumpulkan dana untuk memproduksi prototype. Imbalannya, para pendukung mendapatkan produk tersebut ketika sudah jadi. Risiko utama di sini adalah bahwa proyek yang didukung mungkin tidak selesai atau tidak berjalan sesuai rencana. Tidak ada produk atau hadiah yang dijanjikan.

4.Donation Crowdfunding (Berbasis Donasi)

Kalau crowdfunding ini memang murni tanpa imbalan apapun. Ini biasanya digunakan untuk penggalangan dana bagi tujuan amal, sosial, atau bantuan kemanusiaan. di Indonesia ada kitabisa.com adalah platform donation crowdfunding yang sangat populer. Kampanye sosial, dari bantuan bencana hingga penggalangan dana untuk individu yang membutuhkan ada diplatform tersebut.

Karena berbentuk donasi, tidak ada risiko finansial bagi pendukung. Mungkin, risiko utama adalah potensi penyalahgunaan dana atau kurangnya transparansi dari pihak penggalang dana. Jadi, kita tetap perlu pantau donasi yang kita dukung apakah sampai pada para pihak yang sesuai dengan janji.


Plus Minus Securities Crowdfunding (SCF)


Securities Crowdfunding (SCF) memungkinkan siapa saja untuk berpartisipasi dengan jumlah dana yang relatif kecil. Ini membuka peluang investasi yang sebelumnya hanya tersedia bagi investor besar. Investor bisa dengan mudah menyebar risiko mereka dengan berinvestasi dalam beberapa proyek kecil, dibandingkan menaruh semua uang mereka dalam satu saham besar atau investasi lainnya.

Sayangnya, SCF adalah kinerja perusahaan yang didanai. Jika bisnis gagal atau tidak sesuai ekspektasi, investor bisa kehilangan sebagian besar atau seluruh modal yang mereka investasikan. Saham yang dibeli melalui SCF tidak mudah dijual. Biasanya, saham ini hanya bisa dijual dalam interval tertentu, seperti setiap enam bulan sekali. Ini berbeda dengan saham di pasar umum yang bisa dijual kapan saja.


Jika sebuah perusahaan menerima dana melalui crowdfunding mengalami kesulitan keuangan, mereka mungkin menerbitkan saham baru untuk mendapatkan dana tambahan. Namun, ini bisa menyebabkan dilusi, di mana kepemilikan saham investor lama berkurang nilainya. Jika tidak ada yang membeli, solusi terakhir mungkin adalah likuidasi aset perusahaan.

Crowdfund bisnis Untuk Waralaba

Crowdfunding juga bisa untuk mendanai pembelian franchise. Namun, sebelumnya penting untuk mempertimbangkan biaya-biaya tambahan. Anda mungkin harus bayar biaya administrasi yang dibebankan oleh platform crowdfunding. Biaya ini bisa berkisar antara 5%-10% dari total dana yang berhasil dikumpulkan dan akan menjadi beban tambahan terhadap biaya awal franchise tersebut.

Tips Sebelum Ikut Crowdfund Bisnis

Sebelum terlibat dalam crowdfunding, terutama dalam SCF, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Proyeksi Keuangan yang Realistis: Pastikan bahwa proyeksi keuangan yang diberikan oleh proyek atau perusahaan masuk akal dan didukung oleh data yang solid.
Potensi Penjualan Merek: Cek apakah merek atau produk yang didanai memiliki potensi pasar yang baik dan dapat mencapai target penjualan yang diharapkan.
Tim Manajemen yang Kompeten: Penting untuk memastikan bahwa tim manajemen yang menjalankan bisnis atau proyek tersebut memiliki pengalaman dan kemampuan untuk mengelola bisnis dengan baik.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang jenis-jenis crowdfunding dan risiko yang terkait, Anda bisa membuat keputusan yang lebih bijak saat berpartisipasi dalam crowdfunding. Hal ini terutama penting dalam Securities Crowd Funding, di mana risiko dan potensi keuntungan bisa sangat bervariasi tergantung pada kinerja bisnis yang didanai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *